"Dengan blog ini, gue berharap, setiap pengalaman buruk yang gue alami tidak terjadi pada orang lain."

Jumat, 07 Agustus 2015

Awas! Hati-Hati Wisata ke Pantai Klayar Pacitan

Saya mau berbagi pengalaman berwisata ke Pantai Klayar, Pacitan, Jawa Timur. Pada musim liburan pertengahan tahun saya memutuskan untuk melancong atau berwisata ke sebuah pantai yang belum pernah saya kunjungi karena sejumlah pantai di pulau Jawa yang digadang-gadang banyak orang sebagai pantai eksotis dan indah, ternyata tidak semuanya memenuhi harapan saya. Hanya beberapa pantai saja yang bias mempesonakan dan memanjakan saya. 

Saya tergolong gemar berwisata alam, khususnya wisata pantai. Kali ini saya mencari informasi tempat-tempat wisata pantai yang masih alami dan berharap bias menghapus penat dari rutinitas harian di Ibu Kota yang penuh tekanan.

Alhasil, saya mendapat informasi bahwa di Pacitan, Jawa Timur ada sebuah pantai yang dari banyak informasi masuk kategori pantai yang layak  saya kunjungi karena menawarkan panorama alam yang khas. Pantai itu adalah Pantai Klayar yang letaknya sekitar 40 km dari pusat kota Pacitan, tepatnya di wilayah kecamatan Donorejo.

Kabarnya, Pantai Klayar mulai diperbincangkan sejak Bapak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) pulang kampung dan mampir ke pantai ini. Saya tertarik setelah melihat sejumlah foto yang menangkap landscape pantai tersebut. Pantai klayar menyajikan wisata pantai dengan hamparan pasir putih bersih dan luas yang berpadu dengan karang-karang pantai dengan bentuk unik. 

Selain keindahan pantainya, rute Jakarta-Pacitan hingga ke wilayah pesisir Pantai Klayar sangat menarik untuk dilalui. Ruas jalan sepanjang -+670 km itu menawarkan berbagai medan dengan segudang keseruan di dalamnya. Tol Jakarta-Palimanan, tol baru yang membentang lurus berkesan motonon. Jalur Pantura yang penuh sesak mobil besar. Jalur Semarang-Jogja yang membelah alam dengan panorama indah, juga Jalur Jogja-Pacitan yang berkelok sebagai jalur akhirnya.

Setelah melalui sejumlah pertimbangan, saya pun berangkat menuju Pantai Klayar. Sesampainya di pantai tersebut, saya terpesona, terperangah melihat keindahan pesisir pantainya. Perjalanan panjang yang saya tempuh selama ratusan kilometer langsung terbayarkan.

Ini dia rute yang saya tempuh:

Rute ke Pantai Klayar, Pacitan

Pantai Klayar, Pacitan, memang tempat yang sangat cocok untuk saya yang sedang mencari tempat wisata pantai yang masih alami, dengan sajian panorama pantai yang memukau. Saya suka dengan pasirnya yang bersih, tidak seperti pantai-pantai lain yang sudah tercemari sampah dan terpapar tangan-tangan investor rakus.

Setiap deburan ombak terasa menyapa dengan penuh gairah, anginnya yang sejuk menambah energi saya yang sudah lama terkuras. Sajian makanan khas pantai dan air kelapa muda membuat kerasan setiap orang yang berkunjung ke pantai ini.

Cocok sekali untuk bersantai, sambil menikmati secangkir kopi di bale atau saung-saung yang menghadap pantai. Atau bahkan untuk kegiatan-kegiatan wisata lainnya, seperti bermain pasir beserta keluarga atau bermain air di sepanjang garis tepi pantai yang warna airnya biru ke hijau-hijauan.  

Saya menginap di penginapan atau homestay yang ada disekitar pantai. Di Pantai Klayar, ada beberapa penginapan yang biasa digunakan para wisatawan yang berkunjung ke pantai ini. Harga sewanya luman murah. Adapun penginapan atau homestay yang ada di sana. Antara lain:

SIMAK FOTO-FOTONYA!

Pantai Klayar Pacitan






Awas! Hati-Hati Kalau ke Pantai Anyer! Tak Semenarik Cerita Banyak Orang

Pantai Anyer dikenal sebagai pantai indah dan mempesona, disebut-sebut sebagai surga yang memanjakan mata. Banyak digambarkan sebagai pantai penuh romantisme bagi para wisatawan yang hendak melepas kepenatan dari rutinitas harian yang membosankan.

Tapi apakah itu nyata, atau sekedar cerita? Di sini saya mau berbagi cerita, pengalaman berwisata ke Pantai Anyer, Banten. Tempat wisata yang mengecewakan dan banyak bertolak belakangan dengan kisah-kisah menarik yang banyak diceritakan orang.

Dari dulu sejak masa kuliah, saya selalu ingin pergi ke Pantai Anyer tapi tidak pernah terlaksana karena satu dan lain hal. Saya sendiri termasuk orang yang gemar berwisata alam dan senang menjelajah tempat-tempat indah yang menyajikan panorama alam.

Pada satu ketika, saya bekerja sebagai marketing di perusahaan minyak dengan pekerjaan yang menuntut mobilitas tinggi, sering bepergian dari satu kota ke kota lain untuk bertemu klien. Kebetulan ada beberapa klien saya yang berdomisili di Cilegon, Banten. 

Saat ada tugas kantor ke daerah Cilegon, saya bergegas untuk membuat rencana wisata ke Pantai Anyer karena lokasi pantai tersebut tidak jauh dari kantor klien. Saya punya klien di daerah Link, Ciwandan. Dari sana, hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai di Pantai Anyer.

Sebelum berangkat, Googling dulu, cari banyak informasi yang dibutuhkan, seputar rute, tempat-tempat wisata, tempat makan, penginapan dan semacamnya. Setelah data-data dirasa lengkap, saya meluncur dari Jakarta ke Cilegon. Perjalanan Jakarta-Cilegon ditempuh sekitar dua jam melalui jalan tol.

Seusai meeting dengan klien, saya lanjut ke Pantai Anyer. Selama di perjalanan saya dipandu GPS dengan aplikasi Google Navigator. Di tengah perjalanan saya mulai melihat kordinat saya yang mulai mendekati kawasan Pantai Anyer. Suasana hati mulai sumbringah menanti detik-detik akhir ke Pantai Anyer.

Namun sesampainya di kawasan Pantai Anyer, suasananya berbeda, di sepanjang jalan, saya hanya di suguhi deretan pagar-pagar tinggi yang menutup akses panorama pantai. Berbeda saat melalui jalan di tepi-tepi pantai lain, yang masih menyajikan panorama perjalanan khas pantai.

Biasanya, detik-detik akhir memasuki kawasan pantai, kita sudah disapa panorama indah-mempesona dengan hembusan angina khas pantai berikut suara deburan ombak yang memanjakan wisatawan. Tapi hal itu tidak terjadi di Pantai Anyer.

Hampir sebagian besar bibir pantai sudah dikuasai segelintir orang yang memonopoli keindahan pantai. Orang-orang yang melintasi Jalan Raya Anyer tidak bisa lagi melihat pemandangan secara alamiah. Bahkan, orang yang tidak sengaja, dan tidak mengetahui Pantai Anyer, di saat melalui jalur tersebut tidak akan menyadari bahwa itu adalah kawasan Pantai Anyer yang diceritakan banyak orang sebagai pantai yang eksotis. 

Awalnya, saya berharap bahwa itu hanya dibagian tertentu saja. Sayapun bergegas mengunjungi setiap tempat wisata pantai yang ada di kawasan Anyer. Ke PANTAI MARBELLA, PANTAI MARINA, PANTAI JAMBU, PANTAI CIBEUREUM, PANTAI PASIR PUTIH dan juga PANTAI SAMBOLO.

Alhasil, suasananya tidak jauh berbeda. Kesimpulannya mengecewakan. Wisatawan hanya dapat mengakses sebagian kecilnya saja. Akses-akses ke pantai sudah dibatasi pagar-pagar tinggi yang membentangi setiap bibir pantai.

Pagar-pagar kumuh dan norak yang merusak keindahan alam Pantai Sawarna. Pagar yang dibut orang-orang rakus yang tidak memahami estetika. Pagar-pagar sampah yang didesain dengan model norak yang menodai keperawanan Pantai Anyer. Gambaran ini bukan kiasan, tapi pagar-pagarnya memang kumuh, bukan sekedar desainnya yang tidak sesuai tema pantai, tetapi juga buruk dan terkesan jorok.

Adapun segelintir pantai yang masih terbuka untuk umum kelihatannya sudah dikuasai orang-orang tertentu yang tidak ingin mengambil keuntungan dengan tampa memperhatikan hak-hak wisatawan. Dikuasi orang-orang tidak menyenagkan dan membosankan yang terkoordinir.

Suatu ketika, saat hendak memasuki gerbang temat wisata, seorang penjaga berdiri meminta karcis tanpa sapa, sambil menghisap sebatang rokok dengan asap yang masih menyelimuti wajahnya hanya menyodorkan tangan dengan menyebut nominal harga karcis seraya meminta dengan segera.

Dengan raut muka datar, tanpa ekspresi, ia berucap, “Lima puluh ribu, pak.” Saya pun bergegas mengambil uang dari dompet. Uang pas, itu pun sudah saya berikan ketika asap rokok masih menyelimuti kacamata hitam yang digunakannya.

Bagi saya, kesan pertama sudah tidak menyenangkan. Sesampainya di tepi pantai saya bergabung dengan beberapa wisatawan lain yang sudah lebih dulu sampai di sana. Mereka menempati saung-saung sambil menikmati susana pantai yang menurut saya, jauh di bawah harapan bila dibandingkan dengan beberapa pantai lain yang pernah saya kunjungi di wilayah Jawa Barat dan Banten.

Tidak berselang lama, saya mulai merasa lapar. Sambil berbincang-bincang dengan wisatawan yang baru saya kenal, saya mengajukan pertanyaan seputar tempat makan enak di sekitar sana.

Jawabannya mengejutkan! “Hati-hati, Mas, kalau mau makan di sini, Tanya harga dulu sebelum pesan, nanti bias jebol!”

Tanpa diberi tahu, sebenarnya saya sudah tahu karena sudah saya antisipasi sebelum berkunjung ke sana. Saya memang mendapati banyak cerita ‘memilikan’ di dunia maya. Banyak orang yang ‘digetok’ saat makan di rumah-rumah makan yang ada di sana.

Salah satu kasus yang sempat heboh di internet, ada wisatawan awal Jakarta yang menulis di Blog, dengan menyertakan data-data lengkap berikut foto dan sebagainya. Di blognya dia menceritakan soal pengalaman pribadinya yang sempat apes saat makan di Pantai Sawarna.

Ini dia, rincial strucknya:

1 Porsi Ikan Bakar                 : 180.000
1 Porsi Cumi Saos Tiram : 200.000
1 Bakul Nasi                 : 40.000
4 Kelapa Muda         : 80.000
1 Piring Lalapan         : 15.000
                        Total : 515.000 

Sadis bukan? Menu seperti itu, dibandrol dengan harga selangit. Selain memposting foto struck/nota, juga memposting semua sajian makanan yang dipesannya. Anjrit! Di Jakarta saja, kalau saya lihat menu dan sajiannya, paling mahal juga Rp 300.000,- itu juga di tempat nyaman dengan hidangan yang lezat pula.

Nah, ternyata, saat saya makan di sana, hamper semua rumah makan tidak mencantumkan harga. Saya juga jadi khawatir dan langsung menanyakan masing-masing harga hidangan sebelum memesannya. Alhasil, tidak separah kondisi di atas, tapi menurut saya, harganya masih kurang rasional.

Kesimpulannya, hati-hati saat ingin memesan makanan. Cermati betul rumah makan yang akan anda kunjungi. Karena mungkin, itu hanya di rumah-rumah makan tertentu saja, yang pemiliknya tidak ‘beradab’.

Begitulah kondisi yang saya alami dengan segudang keprihatinan. Wisata ke Pantai Anyer tidak banyak memberi kesan, tidak seperti saat berkunjung ke pantai lain seperti saat pergi ke Pantai Sawarna Banten, yang membuat saya takjub dan selalu merasa kangen dengan keindahan dari pesona pantainya.

Cerita-cerita indah tentang Pantai Anyer mungkin benar, tapi itu dulu. Lain dulu, lain lagi sekarang. Kalaupun ada orang yang masih menyebut-nyebut Pantai Anyer sebagai pantai yang indah dan mempesona, mungkin dia berwisata dengan pacarnya dalam kondisi mabuk asmara sehingga apapun kondisinya, berasa di surga... :)

Kalau Anda berencana berwisata pantai, saya lebih merekomendasikan untuk pergi ke pantai sawarna. Menurut saya, apa yang sering disebut-sebut orang tentang Pantai Sawarna sebagai The Hidden Paradise memang benar. Sawarna memang benar-benar Surga Tersembunyi yang telah mempesona hati dan memanjakan mata saya.

Yang ada rencana ke Pantai Sawarna, Baca Posting tentang pengalaman saya berwisata ke Pantai Sawarna.

Ada 3 posting yang saya buat berkaitan dengan Pantai Sawarna semoga membantu. [KLIK DI SINI]


Tempat Wisata Pantai Anyer


Rabu, 08 Juli 2015

Hati-Hati Banyak Calo Menawarkan Penginapan atau Homestay Murah Pantai Sawarna

Buat teman-teman yang ada rencana ke Pantai Sawarna, hati-hati banyak calo yang nawarin penginapan. Banyak modus yang mereka gunakan agar akhirnya kita tidak enak kalau tidak jadi pakai penginapan yang mereka tawarkan.

Informasi ini berdasarkan pada pengalaman perdana saya berwisata ke pantai sawarna. Gara-gara kena jebakan calo, wisata ke Pantai Sawarna jadi berantakan. Tempatnya kurang nyaman, tidak strategis dan harganya ampun-ampunan.

Beberapa modus yang digunakan para calo penginapan atau home stay di Pantai Sawarna:

Pasang iklan di Internet (Blog/websate).
Sebagian besar web atau blog yang menawarkan penginapan merupakan calo yang ingin mengambil keuntungan dari ketidaktahuan pengunjung/wisatawan. Umumnya, mereka menawarkan dengan membuat website atau blog yang seolah-olah resmi dimiliki oleh pemilik rumah atau homestay. 

Jadi, hati-hati saat mencari penginapan secara online. Tapi sejak kejadian tersebut, waktu mau pulang dari Pantai Sawarna, saya langungung berkeliling, mengunjungi semua penginapan/homestay yang ada di sana, saya foto dan saya catat no HP para pemiliknya (pemiliknya langung). 

Kalau mau lihat list penginapan beserta foto dan no HP pemiliknya, udah saya muat di halam lain blog ini, linknya (tombol menuju halaman tersebut) saya cantumkan di akhir posting/artikel ini.  

Menawarkan langsung kepada pengunjung yang baru tiba di Pantai Sawarna.
Modus ke dua dengan menawarkan langsung kepada para pengunjung (awam) yang baru tiba di Pantai Sawarna. Karena para calo sudah pada pengalaman, mereka bisa mebedakan mana wisatawan baru dan yang sudah terbiasa datang ke pantai tersebut.

Biasanya mereka menawarkan bantuan untuk mencarikan penginapan dengan seolah-olah tanpa pamrih. Sehingga wisatawan diajak berkeliling-keliling menggunakan sepeda motor dan hasilnya, banyak yang terkena jebakan.

Tips dari saya, waktu Anda sampai di Pantai Sawarna, pilih parkiran yang tidak terlelu ramai. Kalau saya memilih untuk parkir di lapangan, letaknya di paling ujung setelah ketemu alfamaret/indomaret, masih jalan terus. Letaknya ada dikiri. Tapi kalaupun mau di tempat yang ramai, disekitar alfamart/indomaret/di pekarangan rumah warga, tidak ada masalah, tapi sering kali sudah penuh/dijejali mobil wisatawan. Dan kelihatannya agak repot kalau kita mau pulang dalam kondisi parkiran yang sedang penuh, bisa terhalang mobil lain yang pemiliknya enah berada dimana karena dibuat sepadat mungkin oleh para juru parkir.

Letak parkiran dengan pantai lumayan jauh, tetapi memang tidak ada pilihan karena arah ke tepi pantai tidak bisa diakses menggunakan kendaraan/mobil. Akses ke sana hanya gang yang bisa dilalui sepeda motor/ojek. Jarak dari parkiran ke pantai sekitar 1 km. Para wisatawan yang sudah sering ke Sawarna, umumnya memilih berjalan kaki karena sebagian besar penginapan di pantai sawarna berada di tengah-tengah antara parkiran dan pantai.

Kalau menggunakan ojek, selain rawan terkena jebakan calo, malah jadi ribet. Kalau berjalan kaki bisa lebih leluasa memilih penginapannya. Toh dengan berjalan kaki, waktu tempuh dari parkiran ke pantai hanya sekitar 10 menit. Tapi kalau mau langung ke pantai, boleh juga pakai ojek, tapi kalau tukang ojek menawarkan paket keliling-keliling ke tempat-tempat wisata, lebih baik tidak usah.

Panggil tukang ojek, langung saja bilang mau ke pantai Ciantir. Ciantir itu pantai utamanya yang ada pasir putih luas. Kalau ditawari paket keliling-keliling, menurut saya tidak usah karena setelah saya sampai di sana, tempat-tempat wisatanya masih di sana-sana juga, lebih enak berjalan kaki. 


Sementara, itu dulu yang saya sharing. Semoga bermanfaat!!

BUAT YANG CARI LIST/DAFTAR PENGINAPAN YANG SAYA SINGGUNG DI ATAS, [[ KLIK DI SINI ]]


Pantai Ciantir


Legon Pari

Tanjung Layar